Alhamdulillah, program Ketika Cinta BerUsrah(KCB) telah berjalan dengan lancar dan jayanya. Kehadiran muslimin dan muslimat di luar jangkaan kami. Kira-kira 60 orang mahasiswa KK9 telah sama-sama mengimarahkan program pengenalan usrah semalam.
Lembah Ilmu
Mukaddimah
Asmaul Husna
Thursday, July 22, 2010
Ketika Cinta Berusrah Episod 1:Jom Kenal
Alhamdulillah, program Ketika Cinta BerUsrah(KCB) telah berjalan dengan lancar dan jayanya. Kehadiran muslimin dan muslimat di luar jangkaan kami. Kira-kira 60 orang mahasiswa KK9 telah sama-sama mengimarahkan program pengenalan usrah semalam.
Tuesday, July 20, 2010
Nasib Mahasiswa Bujang Lapok...
(post X formal)
Diam x diam, dah masuk 2 minggu aku dah naek tahun 2...
Thursday, July 15, 2010
Saturday, July 10, 2010
Friday, July 9, 2010
Penjenayah Agama: Siapakah Wahhabi???
Golongan Wahhabi adalah pengikut Muhammad ibn Abdul Wahhab an-Najdi (W. 1206 H). Muhammad ibn Abdul Wahhab (Perintis gerakan Wahhabiyyah) adalah seorang yang tidak diakui keilmuannya oleh para ulama. Bahkan saudaranya; Sulaiman ibn Abdul Wahhab menulis dua buah karya bantahan terhadapnya. Ini ia dilakukan karena Muhammad ibn Abdul Wahhab menyalahi apa yang telah disepakati oleh kaum muslimin baik di daerahnya maupun di tempat lain, baik dari
kalangan pengikut madzhab Hanbali maupun pengikut mazhab lain. Bantahan pertama berjudul ash-Shawa'iq al Ilahiyyah dan yang kedua berjudul Fashl al Khitab fi ar- Raddi 'ala Muhammad ibn Abdil Wahhab. Begitu juga seorang ulama madzhab Hanbali ternama, seorang mufti Makkah pada masanya, Syekh Muhammad ibn Humaid, tidak menyebutkan nama Muhammad ibn AbdulWahhab dalam jajaran ulama madzhab Hanbali, padahal dalam kitabnya berjudul as-Suhub al Wabilah 'ala Dhara'ih al Hanabilah ia menyebutkan sekitar 800 ulama laki-laki dan perempuan dari kalangan madzhab Hanbali. Yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah biografi ayahnya;
Syekh Abdul Wahhab. Syekh Muhammad ibn Humaid memuji keilmuan ayahnya dan menyebutkan bahwa ayahnya ini semasa hidupnya sangat marah terhadap Muhammad (anaknya) tersebut dan memperingatkan orang-orang untuk menjauh darinya. Sang Ayah berkata:
Maknanya: "Kalian akan melihat kejahatan yang akan dilakukan oleh Muhammad".
Syekh Muhammad ibn Humaid wafat sekitar 80 tahun setelah Muhammad ibn Abdul Wahhab.
Muhammad ibn Abdul Wahhab telah membuat agama baru yang diajarkan kepada pengikutnya. Dasar ajarannya ini adalah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan meyakini bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy. Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Dengan ajarannya ini, Muhammad ibn Abdul Wahhab telah menyalahi firman Allah:
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya” (QS. asy- Syura: 11)
Para ulama salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat di antara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir. Sebagaimana hal ini ditulis oleh Imam al Muhaddits as-Salafi ath-Thahawi(227 - 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama al Aqidah ath-Thahawiyah, teks pernyataannya adalah:
Maknanya: "Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.
Di antara keyakinan golongan Wahhabiyyah ini adalah mengkafirkan orang yang berkata: “Yaa Muhammad…”, mengkafirkan orang yang berziarah ke makam para nabi dan para wali untuk bertabarruk (mencari barakah), mengkafirkan orang yang mengusap makam para nabi untuk bertabarruk, dan mengkafirkan orang yang mengalungkan hirz (tulisan ayat-ayat al Qur’an atau lafazh-lafazh dzikir yang dibungkus dengan rapat lalu dikalungkan di leher) yang di dalamnya hanya
tertulis al Qur’an dan semacamnya dan tidak ada sama sekali lafazh yang tidak jelas yang diharamkan. Mereka menyamakan perbuatan memakai hirz ini dengan penyembahan terhadap berhala.
Mereka (golongan Wahhabiyyah) dalam hal ini telah menyalahi para sahabat dan orang-orang salaf yang shalih. Telah menjadi kesepakatan bahwa boleh berkata “Yaa Muhammad…” ketika dalam kesusahan. Semua umat Islam bersepakat tentang kebolehan ini dan melakukannya dalam praktek keseharian mereka, mulai dari para sahabat nabi, para tabi’in dan semua generasi Islam hingga kini. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal; Imam Madzhab Hanbali yang mereka klaim di negeri mereka sebagai madzhab yang mereka ikuti, telah menyatakan kebolehan menyentuh dan meletakkan tangan di atas makam Nabi Muhammad r, menyentuh mimbarnya dan mencium makam dan mimbar tersebut apabila diniatkan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan bertabarruk. Hal ini ia sebutkan dalam kitabnya yang sangat terkenal berjudul al Jami' fi al 'Ilal wa Ma'rifati ar-Rijal. Mereka telah menyimpang dari jalur umat Islam dengan mengkafirkan orang yang beristighatsah kepada Rasulullah r dan bertawassul dengannya setelah wafatnya. Mereka berkata: “Bertawassul dengan selain yang hidup dan yang hadir (ada di hadapan kita) adalah kufur”. Atas dasar kaidah ini, mereka mengkafirkan orang yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah tawassul ini dan menghalalkan membunuhnya. Pemimpin mereka Muhammad ibn Abdul Wahhab
berkata: “Barang siapa yang masuk dalam dakwah kita maka ia mendapatkan hak sebagaimana hak-hak kita dan memiliki kewajiban sebagaimana kewajiban-kewajiban
kita dan barang siapa yang tidak masuk (dalam dakwah kita) maka ia kafir dan halal darahnya”. Bagi yang hendak mengetahui secara luas tentang dalil-dalil yang membantah pernyataan-pernyataan mereka, silahkan membaca kitab-kitab yang banyak ditulis dalam membantah mereka seperti kitab yang berjudul ar-Raddu al Muhkam al Matin karya seorang muhaddits daratan Maroko yaitu Syekh Abdullah al Ghammari dan kitab yang berjudul al Maqalat as-Sunniyah fi Kasyfi Dhalalat Ahmad ibn Taimiyah karya muhaddits daratan Syam; Syekh Abdullah al Harari. Kitab yang terakhir disebut ini dinamakan demikian karena Muhammad ibn Abdul Wahhab mengambil paham dalam mengharamkan tawassul kecuali dengan orang yang hidup dan yang hadir dari kitab-kitab Ibnu Taimiyah (W. 728 H). Padahal Ibnu Taimiyah menyarankan bagi orang-orang yang terkena semacam
kelumpuhan (al Khadar) pada kaki, hendaklah mengucapkan: "Yaa Muhammad...”. Pernyataan Ibnu
Taimiyah ini ia tulis dalam karyanya al Kalim at-Thayyib terbitan al Maktab al Islami, Cet. Ke-5 tahun 1405 H/1985. Pernyataannya ini menyalahi apa yang ia tulis sendiri dalam karyanya at-Tawassul wa al Wasilah. Muhammad ibn Abdul Wahhab mengambil paham
dalam mengharamkan tawassul dari kitab at-Tawassul wa al Wasilah dan tidak menyetujui apa yang ditulis Ibnu Taimiyah dalam kitab al Kalim ath-Thayyib.
Faedah:
Para ahli fiqh, hadits, tafsir serta para sufi di segenap penjuru dunia Islam telah menulis banyak sekali (lebih dari seratus) risalah-risalah kecil atau buku-buku khusus untuk membantah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Di antaranya adalah Syekh Ahmad
sh-Shawi al Maliki (W. 1241 H), Syekh Ibnu 'Abidin al Hanafi (W. 1252 H), Syekh Muhammad ibn Humaid(W. 1295 H) mufti Madzhab Hanbali di Makkah alMukarramah, Syekh Ahmad Zaini Dahlan (W. 1304 H) mufti madzhab Syafi’i di Makkah al Mukarramah dan
ulama lainnya. Apa yang telah kami sebutkan di atas hanyalah sebagian kecil dari kesesatan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan gerakannya (Wahhabiyyah). Karena itu, demi
menjaga kemurnian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah – shallallahu 'alayhi wasallam-, maka waspadalah terhadap ajaran-ajaran sesatnya, dan bagi yang telah mengetahui kesesatannya hendaklah memberitahukannya kepada yang belum mengetahui. Semoga bermanfaat, Amin.
Wednesday, July 7, 2010
Inilah Allah
Lirik Lagu: Inilah Dia Allah
oleh: Mawaddah
Tuhan adalah Zat Yang Maha Agung
Wujudnya tiada mula dan sudahnya
Kerana Ia bukan kejadian
Tiada siapa yang menjadikan
Kuasanya Maha Hebat tiada batasnya
Kehendak-Nya terjadi bila Ia berkata
Jadilah terus terjadilah
Tiada siapa dapat menghalang
Ia, tiada bertempat
Kerana tempat Ia yang menjadikan
Ia memberi tiada mengambil manfaat
Kerana Dia tiada berhajat
Ia sudah sempurna
Tiada mengambil ruang
Kerana ruang itu ciptaan-Nya
Dia disembah atau tidak
Tiada berkurang tiada bertambah
Kalau bertambah ertinya Ia kurang
Dia tetap dengan kesempurnaannya
Maha Suci Ia dari kekurangan
Ia sedia kala
Tiada didahului oleh tiada
Zatnya tidak dapat difikirkan
Bagaimanapun dibayangkan
Itu semua mainan setan
Bila dia Zat Yang Maha Agung)
Tuhan adalah Zat Yang Maha Agung
Wujudnya tiada mula dan sudahnya
Kerana Ia bukan kejadian
Tiada siapa yang menjadikan
Kuasanya Maha Hebat tiada batasnya
Kehendaknya terjadi bila Ia berkata
Jadilah terus terjadilah
Tiada siapa dapat menghalang
Tuesday, July 6, 2010
Maksiat Hati
1. Riya' dalam beramal kebaikan, artinya berbuat kebaikan karena manusia; agar dapat pujian dari manusia. Perbuatan riya ini dapat menghilangkan pahala kebaikan yang dilakukannya.
2.'Ujub dalam berbuat ketaatan; artinya menganggap bahwa ibadah yang ia kerjakan adalah
murni hasil dari usahanya melupakan bahwa itu adalah kurnia dari Allah.
3. Ragu akan adanya Allah.
4. Merasa aman dari siksaan dan ancaman Allah dan atau putus asa dari rahmat Allah.
5. Sombong kepada manusia; artinya menolak kebenaran dari orang lain dan memandang rendah manusia.
6. Dengki (al-Hiqd), yaitu; menyimpan rasa permusuhan yang disertai dengan usaha untuk mewujudkannya serta ia sendir tidak membenci perasaan hatinya tersebut.
7. Iri hati (al-Hasad), artinya; membenci kenikmatan yang diraih oleh seorang muslim dan merasa keberatan dengannya yang disertai dengan usaha untuk melenyapkan kenikmatan tersebut darinya.
8. Mengungkit-ungkit shadaqah yang ia berikan kepada orang lain, perbuatan ini meleburkan pahala shadaqahnya; seperti ia berkata kepada orang yang telah menerima shadaqahnya: "Bukankah aku telah telah memberimu ini dan itu pada hari demikian?".
9. Terus-menerus dalam berbuat dosa.
10. Berburuk sangka kepada Allah dan hamba-hambaNya.
11. Mendustakan (tidak mempercayai adanya) ketentuan (qadar) Allah.
12. Gembira dengan maksiat yang ia kerjakan atau yang dikerjakan orang lain.
13. Berkhianat sekalipun kepada orang kafir; seperti berjanji akan melindungi orang kafir tersebut tapi kemudian justeru ia membunuhnya.
14. Melakukan makar (al-Makr), yaitu; mencelakakan orang muslim dengan cara sembunyi-sembunyi atau tipu muslihat.
15. Membenci sahabat-sahabat rasulullah, keluarganya dan orang-orang shaleh.
16. Kedekut (al-Bukhl) dalam hal yang diwajibkan Allah,
17. Kikir (as-Syuhh) (lebih parah dari kedekut) dan
18. Tamak (al-Hirsh).
19. Meremehkan atau menganggap kecil sesuatu yang diagungkan ataudigambarkan keburukan dan kepedihannya oleh Allah; seperti perbuatan ta'at, perbuatan maksiat (seperti meremehkan ancaman yang dijanjikan oleh bagi mereka yang berbuat maksiat), al Qur’an, ilmu agama, syurga dan neraka.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN HATI
Di antara kewajiban-kewajiban hati adalah;
1. Iman kepada Allah, dan iman kepada segala apa yang datang dari Allah,
2. Iman kepada Rasulullah dan iman kepada segala apa yang datang dari Rasulullah.
3. Ikhlas; artinya adalah berbuat ketaatan hanya karena Allah semata.
4. Menyesal atas maksiatyang telah diperbuatnya.
5. Tawakkal kepada Allah.
6. Muraqabah lillah (merasa bahwa Allah selalu mengetahui segala perbuatannya).
7. Ridla atas taqdir Allah dalam arti berserah diri kepada-Nya dan tidak membangkang (i’tiradl) kepada-Nya,
8. Mengagungkan ajaran-ajaran-Nya,
9. bersyukur atas nikmat yang telahdikaruniakan Allah kepadanya (dalam pengertian tidak menggunakan pemberian Allah tersebut dalamkemaksiatan)
10. Sabar dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan (hal-hal yang diharamkan oleh) Allah juga sabar terhadap musibah yang ditimpakan oleh Allah kepadanya
11. membenci syaitan,
12. membenci perbuatan maksiat,
13. mencintai Allah, al-Qur’an, Rasulullah, sahabat-sahabat rasulullah,beserta keluarganya dan orang-orang shaleh.
The Accontable (Mukallaf)
Islamically, the accountable person (mukallaf) is the one who is pubescent, sane, and has received the message of Islam. Pubescence happens when one reaches the age of fifteen (15) lunar years, or otherwise. The sane person is the one who has not lost one’s mind. For one to be accountable (mukallaf), it is a condition that one receives the call of Islam. This means that if the person is pubescent and sane, he becomes mukallaf simply by receiving the message of Islam, which is: “No one is God except Allah, and Muhammad is the Messenger of Allah.” The non-believer mukallaf is required to embrace Islam and follow its teachings. He must also perform all the obligations and avoid all the sins. From this, it is understood that the young child is not accountable until he reaches pubescence. Likewise, the insane person is not accountable. The pubescent one who did not receive the message of Islam is also not accountable. Allah ta'ala, said in the Qur’an: [Wa ma kunna mu^adhdhibina hatta nab^atha rasula.] Ayah 15 of Suratul-Isra’ means: {Allah does not torture those who do not receive the basic message of Islam.} The Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wa sallam, said: Rufi^al qalamu ^an thalathah: ^anin-na’imi hatta yastayqidh, wa ^anis-sabiyyi hatta yahtalim, wa ^anil-majnuni hatta ya^qil.] Which means: “The pen has been lifted from [writing the deeds of] three: the one who is asleep until awakening, the young child until becoming pubescent, and the crazy person until becoming sane.” (Related by Abu Dawud) Note: |
The Attributes of Allah
The scholars said that it is obligatory upon every mukallaf (baligh,sane and has received the message of Islam) to know thirteen Attributes of Allah. They are: Existence, Oneness, Eternity, Everlastingness, Non-neediness of others, Power, Will, Knowledge, Hearing, Sight, Life, Speech, and Non-resemblance to the creation. The explanation of these attributes is as follows:
|